Kualitas udara di DKI Jakarta tengah menjadi sorotan dalam sepekan terakhir. Hal ini disebabkan karena Jakarta tercatat menjadi kota dengan kualitas udara terburuk di dunia dan menunjukkan level tidak sehat. Pada hari Selasa, 15 Agustus 2023 kualitas udara Jakarta menunjukkan nilai indeks 180 AQI US (Air Quality Index US) pada pukul 08:00 WIB, dengan nilai rata-rata harian 156 AQI US. Hal ini menyebabkan Jakarta menjadi kota dengan kualitas udara terburuk dari 109 Negara. Sebelumnya pada tanggal 6 Agustus 2023 Indeks kualitas udara Jakarta juga menunjukkan nilai rata-rata harian yang tinggi yaitu 164 AQI US. Salah satu polutan utama penyebab buruknya kualitas udara Jakarta adalah PM 2.5. Konsentrasi PM 2.5 pada pukul 08:00 15 Agustus lalu mencapai 111.8 μg/m3, jauh melebihi nilai ambang batas nasional yaitu 65 μg/m3. Apa itu PM 2.5, dari mana asalnya, dan apa dampaknya pada kesehatan dan lingkungan?
Particulate Matter (PM)
Particulate Matter (PM) atau juga yang disebut sebagai partikel polutan atau aerosol adalah campuran partikel padat dan cair yang ditemukan di udara. PM dapat tersusun dari debu, kotoran, jelaga, hingga asap yang berukuran mikroskopis sehingga sulit diamati tanpa alat bantu. Berdasarkan ukurannya, PM umumnya dibedakan menjadi dua jenis yaitu PM10 dan PM2.5.
- PM10: PM 10 adalah polutan yang memiliki ukuran <10 μm (micron). Ukuran ini jauh lebih kecil dari pasir pantai (90 μm) hingga rambut manusia (50-70 μm). Ukurannya yang sangat kecil menyebabkan PM10 dapat terhirup ke saluran pernapasan. PM10 dapat berupa debu, serbuk sari, kapang, dll
- PM2.5 : PM2.5 adalah partikel halus memiliki ukuran hingga 4x lebih kecil dibandingkan PM10 yaitu <2.5 μm. Ukuran tersebut menyebabkan PM2.5 jauh lebih mudah untuk terhirup oleh manusia. Partikel ini dapat berupa partikel hasil pembakaran, senyawa organic, metal, dll
Dalam tingkat lebih lanjut PM juga dikelompokkan menjadi PM1 yang berukuran <1μm, ukuran ini sangat halus dan sebanding dengan ukuran bakteri (1-3μm) dan virus corona (0,1-0,5μm)
Dari Mana Sumber PM?
Partikel-partikel penyusun PM10 dan PM2.5 terdiri dari berbagai bentuk dan ukuran, tersusuan atas ratusan bahan kimia yang berbeda. Partikel-partikel tersebut dapat berasal dari aktivitas antropogenik maupun proses biologis seperti proses konstruksi, debu, cerobong asap, proses pembakaran, jelaga, tetesan cairan, kotoran, serbuk sari, dll. Sebagian besar partikel terbentuk di atmosfer melalui proses reaksi bahan kimia seperti sulfur dioksida dan nitrogen oksida, yang merupakan polutan yang dipancarkan dari pembangkit listrik, industri, dan kendaraan bermotor.
Jakarta merupakan kota yang dikelilingi oleh daerah Industri yang menjadi salah satu penyumbang polutan terbesar termasuk PM. Wilayah Jabodetabek juga dikelilingi oleh 16 PLTU berskala sedang hingga besar yang dapat juga menjadi salah satu faktor penyumbang PM 2.5 terbesar. Selain dari sektor industri, PM 2.5 dan PM10 juga berasal dari emisi kendaran bermotor. Data BPS Provinsi DKI Jakarta menunjukkan bahwa per tahun 2022, jumlah kendaraan bermotor di DKI Jakarta mencapai 26,370,535 unit, yang terdiri dari mobil penumpang, Bus, ruk, Mobil, dan Sepeda motor.
Dampak PM 2.5
Dampak terhadap lingkungan
Partikel halus (PM2.5) dapat menyebabkan gangguan terhadap jarak pandang karena membentuk kabut polusi, seperti yang terjadi di wilayah Jakarta belakangan ini. Partikel juga dapat bergerak dengan jarak yang jauh di udara dan mengendap di air atau tanah. PM 2.5 dengan komposisi kimia tertentu dapat menyebabkan proses pengasaman perairan, mengganggu keseimbangan nutrient pada perairan, menganggu unsur hara pada tanah, merusak ekosistem sensitif, tanaman pertanian, dan menjadi salah satu penyebab hujan asam. Hujan asam memiliki efek lebih lanjut yang dapat merusak lingkungan.
Dampak Terhadap Kesehatan
Selain dampak terhadap lingkungan, partikel PM juga dapat berdampak buruk pada Kesehatan. PM dikaitkan dengan gangguan Kesehatan pada jaringan kardiovasikular dan pernapasan. Ukuran partikel yang kecil menyebabkan PM2.5 dapat masuk ke saluran pernafasan hingga ke aliran darah. Hal tersebut dapat menyebabkan gangguan Kesehatan seperti asma, penurunan fungsi paru-paru, iritasi saluran pernapasan, batuk, kesulitan bernapas, serangan jantung ringan, detak jantung tidak teratur, gangguan reproduksi & perkembangan, hingga risiko kematian bagi penderita penyakit jantung atau paru-paru. Ambang batas PM2.5 menurut WHO adalah sebesar 25 μg/m3 rata-rata harian. Penggunaan masker berjenis KN95 dapat mengurangi risiko paparan PM.
Particulate Matter memiliki dampak yang buruk bagi lingkungan dan Kesehatan. Perlu dilakukan upaya penanggulangan PM2.5 di udara khususnya Jakarta seperti peninjauan kembali nilai ambang batas emisi untuk sektor industri, percepatan peralihan sumber Energi Baru Terbarukan (EBT), pengembangan transportasi publik, pemberian pajak polusi, dan lain-lain.| Palemahan
Image: Freepik
Sumber:
- Armistead G. Russell and Bert Brunekreef. (2009) A Focus on Particulate Matter and Health. Environmental Science & Technology 43 (13), 4620-4625
- Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta. Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis Kendaraan (unit) di Provinsi DKI Jakarta 2020-2022. Diakses pada 16 Agustus 2023: https://jakarta.bps.go.id/
- Environmental Protection Agency (EPA). 2023. Particulate Matter (PM) Pollution.Diakses pada 16 Agustus 2023: https://www.epa.gov/
- IPCC: Fifth Assessment Report: Climate Change 2013: The Physical Science Basis, Contribution of Working Group I to the Fifth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Standard Alat Pelindung Diri (APD). Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: pafikotaujungbulu.org
- Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
- World Health Organization. (2021). WHO Global Air Quality Guidelines.
0 Comments