Bycatch adalah salah satu permasalahan besar dalam industri perikanan dunia. Industri perikanan merupakan sumber pendapatan penting bagi beberapa negara termasuk Indonesia. Teknik dan penggunaan alat tangkap yang kurang baik dapat menghasilkan tangkapan yang tidak diinginkan yang dapat berpengaruh terhadap ekosistem dan sumberdaya laut.
![]() |
Source: Bycatch - a sad topic - Fish Forward (WWF) |
Apa Itu Bycatch?
Dalam proses penangkapan
ikan, terkadang terdapat tangkapan sampingan yang tidak diinginkan selain
tangkapan utama. Tangkapan sampingan dapat berupa ikan atau hewan laut yang
tidak dapat dijual, tidak boleh ditangkap ataupun dipelihara. Bycatch adalah
ikan atau hewan laut yang terperangkap secara tidak sengaja dalam jaring atau
alat tangkap lainnya selama proses penangkapan ikan target. Ikan dan satwa laut
yang tertangkap sebagai bycatch sering kali tidak diinginkan oleh nelayan
karena tidak bernilai ekonomi atau tidak diperbolehkan untuk ditangkap karena
diatur oleh regulasi atau undang-undang.
Bycatch dapat berupa
ikan, burung laut, mamalia laut, atau spesies lain yang terperangkap dalam jaring
nelayan. Masalah bycatch menjadi penting karena dapat mengancam kelangsungan
hidup spesies, serta dapat mempengaruhi
keseimbangan ekosistem laut secara keseluruhan. Hasil tangkapan sampingan
(bycatch) umumnya akan dilepaskan kembali. Akan tetapi, hewan laut yang
tertangkap telah mengalami luka-luka atau bahkan kematian.
Penyebab Bycatch
Penyebab utama bycatch
adalah karena Teknik dan alat tangkap yang tidak selektif. Alat penangkapan
modern memungkinkan untuk melakukan penangkapan dengan skala besar dan efektif,
akan tetapi hal ini juga akan berpengaruh terhadap tingginya tangkapan sampingan
yang dihasilkan. Berikut adalah beberapa alat tangkap yang menghasilkan
tangkapan sampingan yang tinggi:
Trawl
Trawl adalah salah
satu alat tangkap ikan yang digunakan untuk menangkap ikan dalam jumlah besar.
Alat tangkap ini berupa jarring berukuran besar berbentuk kerucut yaang lebar
pada bagian depan dan menyempit pada bagian belakang. Trawl dioperasikan dengan
cara ditarik menggunakan kapal yang ditempatkan pada berbagai kedalaman, baik
di permukaan hingga dasar laut.
Alat tangkap ini
sangat efektif untuk menangkap ikan, akan tetapi menjadi salah penghasil
bycatch tertinggi. Jaring yang diposisikan hingga dasar laut tidak hanya
menangkap ikan pada kolom perairan, tetapi juga organisme dasar laut seperti
krustasea dan moluska. Hal ini tentunya menghasilkan kerusakan yang besar bagi
ekosistem laut.
Longline
Longline terdiri dari
sejumlah tali yang dipasang dalam satu tali utama yang sangat Panjang. Setiap
tali dilengkapi dengan kail dan umpan yang bertujuan untuk menangkap ikan
seperti tuna. Walaupun dianggap sebagai salah satu alat tangkap yang selektif,
longline seringkali justru menjerat hewan lain seperti penyu, hiu, ikan marlin,
dan lumba-lumba.
Purse seine
Purse seine merupakan
alat tangkap berupa jarring yang berbentuk oval atau bulat dengan ukuran yang
bervariatif. Cara kerja purse seine adalah dengan menjerat ikan dalam jarring
kemudian bagian bawah jarring akan ditarik sehingga membentuk kantong penampung
ikan. Alat ini umumnya digunakan untuk menangkap ikan yang bergerombol seperti
tuna, kembung, hingga sarden.
Penggunaan alat
tangkap ini sangat memungkinkan untuk menangkap spesies non-target karena dapat
menjerat semua ikan dan hewan laut yang terjebak dalam area penangkapan. Selain
hewan laut, purse seine juga dapat menjerat ikan muda yang dapat berdmapak
terhadap keberlangsungan populasi ikan.
Gillnet (Jaring Insang)
Gillnet digunakan
dengan cara membentangkan jaring secara vertikal dari permukaan air hingga
dasar perairan. Pada bagian bawah umumnya akan dilengkapi dengan pemberat, dan
pelampung di bagian atas. Gillnet dapat menjerat hewan laut melalui leher,
mulut hingga sirip. Penyu adalah salah satu hewan laut yang paling sering
terjerat oleh alat tangkap ini.
![]() |
Source: ytimg.com |
Dampak Bycatch
Baycatch dapat menjadi
masalah tidak hanya dari segi ekologi tetapi juga ekonomi. Tangkapan sampingan
yang dilepas kembali sering kali dalam keadaan mati atau terluka sehingga tidak
memungkinkan untuk dapat hidup dengan normal dan bereproduksi. Hal ini tentunya
akan berdampak pada populasi dan ekosistem laut. Berikut adalah dampak yang
dapat disebabkan oleh bycatch:
Dampak Pada Ekosistem Laut
Tangkapan sampingan
berupa ikan non-target dapat menyebabkan overfishing dan memperlambat proses
pemulihan populasi ikan. Hal ini akan menyebabkan penurunan populasi ikan yang
akan berimbas pada rantai makanan dengan tingkat trofik yang lebih
tinggi karena kurangnya ketersediaan mangsa. Selain itu, Bycatch menjadi
ancaman yang serius bagi marine megafauna seperti penyu, hiu, burung laut, dan
mamalia seperti lumba-lumba hingga paus. Hal ini tentunya akan sangat
mengganggu populasi marine megafauna, terlebih lagi sebagian besar telah
tergolong hewan yang terancam punah.
Data dari Bycatch
Management Information System (BMIS) menunjukkan bahwa pada periode tahun
2010-2018, tercatat sebanyak 630ribu hiu dan pari yang menjadi tangkapan
sampingan di seluruh dunia. Samudera pasifik dan perairan selandia baru adalah
area perairan dengan catatan bycatch yang sangat tinggi. Data tersebut belum
termasuk megafauna lain seperti penyu, lumba-lumba, burung laut, dan lain-lain.
Selain ancaman secara
langsung, megafauna laut juga terdampak akibat berkurangnya ketersediaan mangsa
karena overfishing dan kerusakan habitat. Tidak hanya ikan dan hewan laut,
bycatch juga dapat berdampak pada ekosistem laut seperti terumbu karang yang
merupakan ekosistem yang sangat penting bagi produktivitas perikanan.
Dampak Ekonomi
Tidak hanya dampak
ekologis, bycatch juga dapat menyebabkan dampak secara ekonomi. Berkurangnya
stock ikan akibat overfishing dapat berdampak terhadap perekonomian khususnya
para pelaku industry perikanan.
Penggunaan alat
tangkap yang tidak selektif menyebabkan ikan muda bahkan juvenil ikut
tertangkap. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya stock ikan dewasa. Selain
itu, kerusakan pada ekosistem seperti terumbu karang dapat berimbas pada
menurun nya daya Tarik wisata Bahari.
![]() |
Source: (worldatlas.com) |
Upaya Mengurangi Bycatch
Beberapa upaya telah
dilakukan untuk mengurangi peluang terjadinya bycatch yang memiliki dampak
buruk bargi ekosistem laut. Berikut merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk
mengurangi bycatch:
Penggunaan alat tangkap yang selektif
Alat tangkap adalah
faktor utama terjadinya bycatch, oleh karena itu penggunaan alat tangkap yang
selektif dapat menjadi salah satu solusi. Penyesuaian ukuran mata jarring dan
penggunaan perangkap Pelepas ikan dapat membantu mengurangi bycatch. Penggunaan
teknologi seperti penginderaan jauh dan alat pendeteksi akustik dapat membantu
mengidentifikasi lokasi spesies target dan zona yang harus dihindari. Berapa
Penelitian juga menunjukkan penggunaan artificial light terbukti ampuh untuk
mengurangi bycatch.
Regulasi dan Edukasi
Regulasi terkait alat
tangkap menjadi sangat penting untuk mengurangi bycatch. Beberapa negara telah
menerapkan peraturan untuk melarang penggunaan alat tangkap yang tidak selektif
seperti Trawl, pengaturan ukuran mata jaring, metode tangkap ramah lingkungan,
dan pengaplikasian alat pelindung penyu. Pengaturan zona penangkapan, dan
penegakan hukum bagi pelanggar dapat mengurangi risiko tangkapan sampingan.
Pendidikan dan pelatihan bagi nelayan dan pelaku perikanan juga dapat menjadi
salah satu upaya mengurangi bycatch.
Kesimpulan
Bycatch merupakan
masalah yang besar dalam kegiatan perikanan. Penggunaan alat tangkap yang
tidak selektif menjadi faktor utama padanya tangkapan sampingan. Bycatch dapat
berdampak buruk bagi ekosistem laut, seperti penurunan populasi ikan akibat
overfishing, terancamnya marine megafauna seperti penyu, lumba-lumba, hingga
hiu.
Kerusakan ekosistem
laut tidak hanya berdampak buruk dari sisi ekologi tetapi juga ekonomi. Upaya
mengurangi bycatch telah dilakukan melalui regulasi yang mengatur alat tangkap,
zona penangkapan, penerapan teknologi, dll. Dengan upaya tersebut, diharapkan
dapat mengurangi adanya tangkapan sampingan dan dapat menjaga keseimbangan dan
keberlangsungan ekosistem laut.
Sumber:
- Schiller, L., & Martin, T. G. (2014). Estimating the bycatch of dugongs in fisheries in Torres Strait, Australia, using a data‐mining approach. Aquatic Conservation: Marine and Freshwater Ecosystems, 24(3), 320-334.
- Broadhurst, M. K. (2000). Modifications to reduce bycatch in prawn trawls: a review and framework for development. Reviews in Fish Biology and Fisheries, 10, 27-60.
- Lewison, R. L., Crowder, L. B., Read, A. J., & Freeman, S. A. (2004). Understanding impacts of fisheries bycatch on marine megafauna. Trends in Ecology & Evolution, 19(11), 598-604.
- Hannah, R. W., Lomeli, M. J., & Jones, S. A. (2015). Tests of artificial light for bycatch reduction in an ocean shrimp (Pandalus jordani) trawl: strong but opposite effects at the footrope and near the bycatch reduction device. Fisheries Research, 170, 60-67.
- Sales, G., Giffoni, B. B., Fiedler, F. N., Azevedo, V. G., Kotas, J. E., Swimmer, Y., & Bugoni, L. (2010). Circle hook effectiveness for the mitigation of sea turtle bycatch and capture of target species in a Brazilian pelagic longline fishery. Aquatic Conservation: Marine and Freshwater Ecosystems, 20(4), 428-436.
- Squires, D., & Vestergaard, N. (2010). The Pacific halibut fishery: Bycatch, discards, and the creation of tradable fishing privileges. Marine Policy, 34(3), 492-499.
- Moore, J. E., Wallace, B. P., Lewison, R. L., Žydelis, R., Cox, T. M., & Crowder, L. B. (2009). A review of marine mammal, sea turtles and seabirds bycatch in USA fisheries and the role of policy in shaping management. Marine Policy, 33(3), 435-451.
- Jenkins, L. D., & Garrison, K. (2013). Fishing gear substitution to reduce bycatch and habitat impacts: an example of social–ecological research to inform policy. Marine Policy, 38, 293-303.
0 Comments