Palung Mariana (Mariana Trench)

 

Palemahan - Palung Mariana adalah palung laut terdalam di dunia, terletak di Lautan Pasifik barat daya, sebelah timur kepulauan Mariana. Palung Mariana memiliki kedalaman maksimum 11.034 meter di bawah permukaan laut, menjadikannya sebagai tempat terdalam di Bumi yang diketahui. Palung ini juga merupakan tempat yang menarik bagi para ilmuwan, karena lingkungan di dalam palung sangat ekstrem dan sulit untuk diakses, sehingga membuatnya menjadi tempat penelitian yang menantang. 
   Palung Mariana pertama kali ditemukan pada tahun 1875 oleh kapten laut Inggris, Sir George Nares, selama ekspedisi Challenger, yang menjadi ekspedisi laut pertama yang mempelajari kehidupan laut dan karakteristik lingkungan laut secara ilmiah. Nares memberi nama Palung Mariana berdasarkan nama istri Raja Spanyol pada abad ke-17 yaitu Maria Anna yang berasal dari Austria.Kemudian pada tahun 1951 sebuah Penelitian dilakukan untuk mengetahui kedalaman palung ini yang dipimpin oleh kapten laut Amerika Serikat, W. Day, dan berhasil mencatat kedalaman palung sebesar 10.899 meter. Pada tahun 1960, sebuah kapal selam milik Angkatan Laut AS yang bernama Trieste melakukan penyelaman ke Palung Mariana, dan berhasil mencapai kedalaman 10.916 meter di bawah permukaan laut. Penyelaman tersebut menjadi sejarah dalam penjelajahan laut, karena menjadi penyelaman pertama manusia ke dasar palung laut terdalam di dunia. Hingga saat ini ada 3 orang yang telah menjelajahi paling Mariana. Salah satunya adalah Sutradara James Cameron pada tahun 2012.
   Palung Mariana terbentuk karena lempeng tektonik Pasifik dan Filipina bertemu dan bergerak satu sama lain. Ketika lempeng Pasifik menekan di bawah lempeng Filipina, terjadi gesekan dan terjadilah pembentukan palung yang terjadi kurang lebih 180 juta tahun lalu. Palung Mariana terdiri dari tiga bagian yaitu palung utama, palung tengah, dan palung utara. Palung Mariana memiliki kondisi lingkungan yang sangat ekstrem dan sulit untuk diakses. Tekanan air di Palung Mariana mencapai lebih dari 1.000 kali tekanan atmosfer bumi, sehingga membuat kondisi lingkungan di palung sangat sulit untuk dijelajahi dan dipelajari. Selain itu, suhu air di Palung Mariana berkisar antara 1 hingga 4 derajat Celcius, yang jauh lebih dingin dibandingkan dengan suhu air laut pada umumnya. Palung Mariana juga merupakan daerah yang sangat sepi dari cahaya matahari, sehingga menjadi lingkungan yang sangat sulit untuk mendukung kehidupan.
   Meskipun kondisi lingkungan yang sangat ekstrem, para peneliti telah menemukan berbagai spesies binatang laut yang mampu bertahan hidup di dalam Palung Mariana. Contohnya adalah isopoda, krustasea yang mirip dengan lobster tetapi berukuran lebih kecil. Isopoda dapat ditemukan di kedalaman sekitar 8.000 hingga 11.000 meter dan mampu bertahan hidup dengan memakan sisa-sisa zat organik yang turun ke dasar palung. Selain itu, para ilmuwan juga menemukan spesies cacing pipih dan udang yang mampu bertahan hidup di lingkungan yang sangat sulit. Selain itu, terdapat beberapa jenis organisme yang tidak ditemukan di tempat lain. Salah satu contohnya adalah Amphipoda Challenger deep, spesies serangga yang ditemukan di dasar Palung Mariana pada tahun 2012. 
   Amphipoda Challenger deep memiliki ukuran sekitar 30 sentimeter. Organisme ini memiliki kemampuan untuk memproduksi enzim yang dapat melawan tekanan air yang sangat tinggi dan kemampuan untuk mengatasi kekurangan nutrisi. Beberapa jenis organisme memiliki kemampuan yang sangat luar biasa untuk bertahan hidup di dalam Palung Mariana. Misalnya, jenis bakteri yang mampu memakan minyak mentah dan senyawa kimia berbahaya di dalam Palung Mariana, sehingga organisme ini memainkan peran penting dalam membersihkan lingkungan di dalam palung. Kondisi lingkungan yang sangat sulit di Palung Mariana membuat kehidupan di dalamnya terbatas pada organisme yang mampu beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Dalam rangka menjaga keberlangsungan hidup Palung Mariana dan organisme di dalamnya, beberapa lembaga dan organisasi internasional telah melakukan upaya untuk melindungi lingkungan di sekitar palung ini. Salah satu upaya yang dilakukan adalah pembentukan Kawasan Konservasi Laut Palung Mariana oleh Pemerintah Amerika Serikat pada tahun 2009.

Sumber:
  • Bartlett, D. H., & Wright, M. E. (1996). Intrinsic and Extrinsic Factors Contributing to the Extreme Adaptation of Microorganisms to Life in Deep Sea Hydrothermal Vents and Cold Seeps. In L. J. Stal & P. Caumette (Eds.), Microbial Mats (pp. 383–391). Springer Netherlands.
  • Jamieson, A. J., & Yancey, P. H. (2012). On the Validity of the Tripartite Classification of Deep-Sea Hydrothermal Vent Faunas. Marine Ecology, 33(1), 341-348.
  • Jamieson, A. J., & Yancey, P. H. (2017). On the Validity of the Trieste Dive to the Challenger Deep. Integrative and Comparative Biology, 57(6), 1311–1317.
  • Mariana Trench. (2022). Encyclopædia Britannica. https://www.britannica.com/place/Mariana-Trench
  • National Geographic Society. (n.d.). Mariana Trench. Retrieved from https://www.nationalgeographic.org/encyclopedia/mariana-trench/
  • National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA). (2021, February 8). Mariana Trench. Retrieved from https://oceanservice.noaa.gov/facts/marianatrench.html
  • Smith, C. R., Paterson, G. L., Lambshead, J. D., & Glover, A. G. (2004). The Biogeography and Phylogenetic Relationships of Deep-Sea Organisms. In T. M. Bernhardt (Ed.), Biogeochemistry of the North Atlantic Basin (pp. 347-379). American Geophysical Union. doi: 10.1029/2003gm002256
  • The Mariana Trench. (2022). NOAA Office of Ocean Exploration and Research. https://oceanexplorer.noaa.gov/facts/mariana-trench.html
  • Wessel, P., & Sandwell, D. (2010). The Global Distribution of Seamounts. Oceanography, 23(1), 24-33.
 

0 Comments