Memahami Lingkungan dan Pembangunan

 Perkebunan Kelapa Sawit

PalemahanIsu lingkungan dan pembangunan selalu menjadi perbincangan hangat, selama ini kita seakan selalu dihadapkan dengan pilihan antara lingkungan atau pembangunan. Sebelum membahas mengenai lingkungan dan pembangunan, mari kita bahas terlebih dahulu komponen-komponen lingkungan yaitu ABC (Abiotik, Biotic, & Culture). Kita mungkin sudah memahami komponen Abiotic (A) dan Biotic (B) pada lingkungan. Organisme, hewan tumbuhan, tanah (soil), lahan (land), hingga landscape dan biosfer merupakan contoh komponen AB. Ketika membahas terkait kerusakan lingkungan mungkin hal yang sering terbersit adalah kerusakan lahan, pencemaran air, hutan gundul, kematian hewan, dan sejenisnya. Kita semua tahu tentang itu, tapi bagaimana dengan aspek Culture?. Aspek Culture mencakup sosial ekonomi masyarakat. Aspek ini seharusnya tidak boleh dipisahkan dari kedua aspek sebelumnya. Aspek Culture berpengaruh terhadap aspek AB, begitu juga sebaliknya, aspek AB dapat berpengaruh terhadap adat, kebiasaan, dan ekonomi masyarakat. 

Aspek-aspek Lingkungan

   Pemahaman terkait aspek-aspek lingkungan akan berpengaruh terhadap sudut pandang manusia terhadap lingkungan. Perkembangan pandangan manusia terhadap lingkungan mulai dari Antroposentris (manusia sebagai pusat), biosentris (komponen lingkungan sebagai pusat), hingga ekosentris (manusia bagian dari lingkungan) menunjukkan bagaimana keterkaitan dan sudut pandang manusia dalam mengelola lingkungan. Kita semua sepakat bahwa aktivitas manusia berdampak terhadap lingkungan fisik dan biotik. Bahkan pengaruh ini sudah terjadi 1jt tahun yang lalu.

Human evolution and impact on environment

   Setiap komponen lingkungan berpengaruh terhadap komponen lingkungan lain. C berpengaruh terhadap AB, dan perubahan AB akan berpengaruh terhadap C. Pola perilaku manusia terhadap lingkungan akan berdampak kembali pada manusia. Minamata disaster, Love canal disaster hingga Chernobyl adalah beberapa contoh dampak pengaruh komponen C terhadap AB yang akan berdampak kembali pada C. Sehingga dalam proses pengelolaan lingkungan diperlukan asas kehati-hatian. Kembali ke topik awal terkait hubungan lingkungan dan pembangunan. Komponen C (terutama ekonomi) sangat penting terutama bagi negara berkembang. Tentunya ini dapat berpengaruh terhadap faktor AB. Segala jenis pembangunan akan berpengaruh terhadap aspek AB baik dalam skala lokal maupun global. Yang menjadi persoalan adalah sebesar apa dampak yang ditimbulkan? dan apakah dampak tersebut sesuai dengan manfaat yang diperoleh?
   Pelestarian lingkungan adalah sebuah keharusan, tetapi bukan berarti kita tidak boleh melakukan memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan. Pemanfaatan SDA tentunya sangat penting dalam proses pembangunan dan perkembangan ekonomi, untuk pemenuhan kebutuhan manusia. Akan tetapi, besaran dampak pada komponen AB perlu dipertimbangkan. Eksploitasi berlebih justru dapat memberikan kerugian yang jauh lebih besar dari keuntungan yang diperoleh.
   Dari segi peraturan perundang undangan, Indonesia telah memiliki peraturan yang mengatur hal tersebut, yaitu UU 32 tahun 2009 Tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, yang sekarang telah tertuang dalam undang undang Cipta Kerja. Instrumen perlindungan lingkungan seperti ijin lingkungan, AMDAL, UKL-UPL, KLHS, hingga tata ruang diharapkan bisa mengatasi masalah lingkungan akibat Pembangunan. Salah satu tujuan nya adalah pembangunan berkelanjutan. Singkatnya adalah pembangunan yang selaras dengan terjaganya kelestarian lingkungan. Akan tetapi penerapan pembangunan berkelanjutan bukanlah hal yang mudah. Konservasi ekstrim pada lingkungan tanpa memperhitungkan faktor C tentunya tidak berdampak baik bagi pembangunan. Begitu juga sebaliknya, pembangunan ekstrim tanpa memperhitungkan faktor AB justru dapat memberikan kerugian yang lebih besar. Salah satu contoh isu terkait Lingkungan dan Pembangunan adalah “Perkebunan Kelapa Sawit”
   Deforestasi, kasus orang utan, berkurangnya keanekaragaman hayati, hingga banjir adalah beberapa contoh dampak pada aspek Abiotik dan Biotik. Di lain sisi, kelapa sawit adalah bahan baku penting untuk memproduksi berbagai produk untuk kebutuhan manusia. Salah satunya adalah minyak goreng. Kebutuhan minyak goreng yang tinggi tentunya juga membutuhkan bahan baku sawit yang tinggi. Kelangkaan bahan baku akan berpengaruh terhadap tingginya harga minyak, dan berpengaruh terhadap perekonomian. Akan tetapi, dampak ekologis dari perkebunan kelapa sawit perlu menjadi perhatian. Perakaran pohon sawit yang relatif pendek tidak mampu menahan runoff (limpasan permukaan) dari air hujan. Hal ini dapat meningkatkan potensi banjir, erosi, dan longsor. Penerapan pola tanam tumpang sari tidak terlalu efektif untuk menangani masalah tersebut, karena umumnya tanaman yang digunakan juga tidak memiliki perakaran yang mampu menjaga kestabilan dan struktur tanah.
Lantas bagaimana cara menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan?
   Pembangunan berkelanjutan memerlukan proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan yang baik. Proses perencanaan harus memperhitungkan dampak-dampak penting yang dijabarkan dalam dokumen ANDAL dalam AMDAL sebagai salah satu syarat ijin lingkungan. Buruknya proses penyusunan dokumen yang memuat dampak lingkungan dapat berpengaruh terhadap tingginya dampak buruk terhadap lingkungan dalam proses pembangunan. Proses pengawasan terhadap penegakan aturan merupakan tantangan utama dalam mewujudkan konsep pembangunan berkelanjutan.

image: Freepik

0 Comments