Subak: Traditional Water Resource Management System

Subak

Palemahan-Bali adalah salah satu wilayah yang masih menjunjung tinggi tradisi, adat dan budaya. Tradisi dan budaya di Bali menjadi prinsip dan pedoman dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Salah satu tradisi yang masih dijalankan oleh masyarakat Bali adalah Subak yang merupakan sistem pengelolaan sumberdaya air tradisional. 

Curah hujan rata-rata di Pulau Bali mencapai 2.120 mm/tahun, curah hujan rata-rata minimum sebesar 1.500 mm/ tahun, dan curah hujan rata-rata maksimum sebesar 3.500 mm/tahun. Kebutuhan air tahunan di Bali mencapai 1.213.625.300 m3/tahun . Ketersediaan air di Pulau Bali bersumber dari air tanah, air sungai, dan sumber mata air, yang ketiganya sangat dipengaruhi oleh hujan. Salah satu sektor yang membutuhkan ketersediaan air terbesar di Bali adalah sektor pertanian, dengan kebutuhan per tahun nya mencapai 915.733.000 m3 (Purnama, 2009). Kebutuhan air di bidang pertanian yang begitu besar membutuhkan pengelolaan sumberdaya air yang memadai. Masyarakat Bali memiliki sistem pengelolaan sumberdaya air tradisional di bidang pertanian yang bernama Sistem Subak. Subak merupakan salah satu kearifan masyarakat Bali dalam mengatur pemanfaatan air untuk pola tanam pertanian untuk kelompok tani. Sistem Subak didasarkan pada Filosofi Tri Hita Karana, yang merupakan falsafah turun temurun masyarakat Bali untuk menjaga keharmonisan, keseimbangan, dan keserasian hubungan antara manusia, lingkungan dan Tuhan. Sistem subak merupakan pengaturan sistem irigasi air, dan pola tanam yang dilakukan oleh kelompok petani tradisional. Pengaturan sistem irigasi meliputi pendistribusian air, penyaluran dan pembagian jatah air pada setiap kelompok tani.

Sistem irigasi subak dimulai dari bendungan utama sebagai tempat penampungan air hujan dan air sungai. Dari bendungan utama, air akan dialirkan ke setiap kelompok subak. Jaringan sistem pengairan subak sudah diatur sedemikian rupa secara turun temurun. Adapun jaringan sistem pengairan subak adalah sebagai berikut: 1. Empelan (bendung): Bangunan utama penampung air dalam sistem subak subak, yang dilengkapi dengan pembatas air. Empelan umumnya dilengkapi dengan bangunan suci yang disebut dengan Pura Ulun Empelan 2. Telabah (saluran primer): Saluran utama yang mengalirkan air dari empelan ke jaringan irigasi selanjutnya. 3. Tembuku Aya (Bangunan pembagi air): Merupakan bangunan yang membagi air ke saluran sekunder. 4. Telabah pemaron (Saluran air sekunder) : telabah Pemaron berfungsi untuk mengalirkan air sampai ke petak sawah.

Ketersediaan air pada sistem subak sangat dipengaruhi oleh debit air yang disadap, dan juga oleh musim. Saat musim hujan, volume air melimpah. Sebaliknya pada musim kemarau volume air akan lebih minim. Keterbatasan ketersediaan air membutuhkan peranan pengaturan air oleh kelompok subak. Ketika musim penghujan, para petani Subak akan menggunakan sistem pengairan continuous flow, yaitu mengalirkan air terus menerus ke semua lahan sawah dalam suatu kelompok subak. Sedangkan ketika musim kemarau, para petani akan menggunakan sistem rotation atau staggering, yaitu mengalirkan air secara bergiliran. Ketika musim kemarau, lahan sawah yang berada di hulu akan mendapatkan aliran air terlebih dahulu, selanjutnya akan dialirkan ke lahan sawah yang berada di hilir. Sistem subak ini menunjukan bagaimana hujan sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat Bali, khususnya para petani tradisional.

Selain sektor pertanian, sebagian masyarakat Bali juga bekerja di sektor peternakan dan Perikanan. Masyarakat umumnya memiliki hewan ternak seperti Sapi, Babi, Kambing, dan Ayam. Kebutuhan air umumnya digunakan untuk minum, dan pembersihan kandang ternak. Kebutuhan air di sektor peternakan mencapai 31.272.435 m3/tahun. Sedangkan di sektor perikanan, kebutuhan air digunakan untuk menggantikan air yang berkurang akibat evaporasi, dan penggantian air secara berkala untuk menjaga kualitas air, dan dibutuhkan air sekitar 7 mm/hari. Kebutuhan air di bidang perikanan di Bali mencapai 125.305.574 m3/tahun. Selain ketiga sektor diatas, sektor Industri dan Pariwisata memiliki kebutuhan air yang sangat besar mengingat Bali merupakan salah satu tujuan wisata dunia. Kebutuhan air di sektor Industri dan Pariwisata mencapai 20.038.068 m3/tahun, dengan kebutuhan air untuk kebutuhan perhotelan mencapai 936.090 m3 /bulan. Pada sektor industri tekstil, pakaian, dan kulit, Bali membutuhkan air sebanyak 360.000 m3/bulan, sedangkan untuk industri makanan, minuman, dan tembakau mencapai 132.188 m3/bulan. 

Dari penelitian yang dilakukan oleh Purnama (2009) mengenai neraca air di pulau Bali, Bali memiliki rasio neraca air sebesar 47%. Berdasarkan kriteria neraca air dari Direktorat Pengairan, rasio neraca air dengan rentang 50%-70% termasuk kriteria mendekati titik kritis. Dengan neraca air sebesar 47%, Bali memiliki rasio neraca air yang hampir mendekati titik kritis. Ketersediaan air sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat di Bali. Dengan rasio neraca air tersebut, hujan tentunya memiliki peran penting bagi ketersediaan air di Pulau Bali untuk keperluan berbagai sektor, mulai dari sektor pertanian, peternakan, perikanan, industri, dan pariwisata yang tentunya memiliki keterkaitan yang tinggi dengan perekonomian masyarakat Bali. Sistem subak menjadi salah satu instrumen penting dalam melakukan pengelolaan sumberdaya air di Bali.


Source:
Aprianto, Y., Pardede, I.A., dan Fernando, E.R. 2008. “Kearifan Lokal dalam Mewujudkan Sumber Daya Air Yang Berkelanjutan. Bogor: Institute Pertanian Bogor.
Asdak, C. 2014. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hidayati D. 2016. Memudarnya Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air. Jurnal Kependudukan Indonesia. Vol. 11 No. 1: 39-48
Pradnyawathi NL, Adnyana GM. 2013. Pengelolaan Air Irigasi Sistem Subak. Dwijenagro Vol. 3 No. 2
Sutawan, N. 2008. Organisasi dan Manajemen Subak di Bali. Denpasar: Pustaka Bali Post
Tjasyono, Bayong. 1999. Klimatologi Umum. Bandung: ITB.
Windia, W. 2006. Transformasi Sistem Irigasi Subak yang Berlandaskan Tri Hita Karana, Denpasar: Pustaka Bali Pos 
Image: Freepik


0 Comments