Eco-Geotourism di Indonesia

Palemahan- Sejak tahun 2000-an dunia kepariwisataan mengalami perkembangan yang signifikan dengan adanya kecenderungan dari masyarakat di seluruh dunia untuk berwisata kembali ke alam (back to nature). Melihat hal tersebut dapat dipastikan minat masyarakat untuk melakukan perjalanan ekowisata ke tempat-tempat yang masih alami sangat besar. Minat tersebutlah yang mendorong munculnya model pariwisata baru yang sangat memperhatikan aspek ekologi. Eco-Geotourism merupakan model pariwisata berkelanjutan yang sedang berkembang dan menjadi tren pada masa kini karena berorientasi pada aspek geologi, informatif, bermanfaat, memuaskan pengunjung, serta ramah lingkungan (Ng, 2014). Atau dapat disimpulkan bahwa eco-geotourism merupakan kegiatan wisata yang memiliki fokus utama kepada kenampakan geologis suatu wilayah sebagai suatu kegiatan konservasi serta memiliki kepedulian terhadap pelestarian kearifan lokal.

     Penelitian mengenai eco-geotourism pernah dilakukan oleh Wibowo et al. (2019) di Geopark Merangin Jambi. Dilakukan analisis SWOT untuk mengetahui strategi yang tepat dalam rangka pengembangan eco-geotourism. Dari hasil wawancara dan kuisioner didapatkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam pengembangan eco-geotourism di Geopark Merangin Jambi. Dari hasil analisis SWOT tersebut dapat diketahui bahwa Geopark Merangin dalam pengembangannya masih lemah sehingga diperlukan suatu pengembangan strategi untuk dapat menarik minat wisatawan.

     Tahap-tahap yang dapat dilakukan dalam pengembangan eco-geotourism di Geopark Merangin yaitu melakukan penyusunan rencana anggaran serta target yang berkelanjutan atau dapat dikatakan membuat Masterplan Geopark Merangin Jambi Menuju Eco-Geotourism, selanjutnya melakukan studi kelayakan pada aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan, kemudian membuat roadmap yang mendukung pembangunan budaya, lingkungan, ekonomi, sosial yang berorientasi pada aspek ekologi. Model pengembangan Geopark Merangin Jambi dengan menggunakan metode Pengembangan Berkelanjutan dan Ramah Wisatawan (PBRW) yang ditopang dengan pendekatan SWOT yang baik akan memberikan dampak yang besar kepada seluruh aspek kehidupan yang berwawasan lingkungan.

Fenomena geologi pada dasarnya sangat beragam, memiliki bentuk lanskap pemandangan yang indah serta memiliki keunikan tersendiri. Fenomena geologi tersebut meliputi struktur geologi yang merupakan bangunan alam non-hayati yang terletak baik di atas maupun di bawah permukaan bumi, stratifigrafi yang merupakan lapisan batuan dengan segala macam struktur, sifat  dan gejala yang ditimbulkan berdasarkan pada gambaran perlapisannya (Ahman, 2012), topografi yang merupakan bentuk dari bentang alam yang dibentuk oleh tenaga eksogen dan endogen, serta kandungan mineral yang terdapat di dalam perut bumi.

Referensi Tulisan:
Ahman S.M. 2012. Geologi Pariwisata. Universitas BSI Press: Bandung.
Hermawan, H. And Y. A. Ghani. 2018. Geowisata: Solusi Pemanfaatan Kekayaan Geologi yang Berwawasan Lingkungan. Universitas BSI: Bandung.
Ng, S. L. 2014. Hong Kong Geopark: a paradigm of urban sustainable tourism. Asian Geographer, 31(1), 83–96.
Wibowo, Y. G., W. Zahar, H. Syarifuddin, S. Asyifah, R. Ananda. 2019. Pengembangan Eco-Geotourism Geopark Merangin Jambi. Universitas Jambi: Jambi.
Referensi Gambar: Freepik

0 Comments